Langsung ke konten utama

RAFFLESIA : BUNGA RAKSASA KEBANGGAAN BENGKULU & INDONESIA

Hi Sobat, jumpa lagi di blog saya, Sofian Rafflesia. Yuk, kali ini saya akan ajak Sobat semua utk mengkulik tuntas soal Bunga Rafflesia yang ada di Bumi Rafflesia Bengkulu, mulai dari sejarahnya, keunikannya dan juga jenis-jenisnya yang ada di Bengkulu, penasaran kan .... yuk, langsung aja ! cikidot



A. SEJARAH RAFFLESIA ARNOLDII

Jauh sebelum nama Rafflesia populer, sejumlah suku asli yang mendiami Bengkulu, sebenarnya telah memiliki penamaan sendiri untuk bunga ini. Suku asli Bengkululah yang sebenarnya pertama kali melihat dan menemukan bunga ini sebelum disaksikan dan diteliti oleh Sir Stamford Thomas Raffles dan Dr Joseph Arnold pada tahun 1818.

Di suku Rejang misalnya. Suku yang mendiami daerah perbukitan yang membentang dari kabupaten Bengkulu Tengah, Kepahiang, Rejang Lebong dan Lebong ini menamakan bunga ini sebagai Bungei Sekedei atau bunga Bokor Setan dan sebagian lagi menyebutnya Ibeun Sekedei atau Cawan Hantu. Penamaan ini merujuk dari bentuk bunganya yang menyerupai bokor atau tempat sirih. Suku ini mempercayai, bahwa bunga ini menjadi bokor sirihnya para penunggu hutan. Baik itu berupa makhluk mistis maupun hewan buas seperti Harimau.

Seorang Warga Suku Rejang Ibnu Hajar ketika ditemui menyatakan bahwa dahulu warga suku Rejang sangat menghindari bila bertemu bunga ini di tengah hutan. Takut terjadi bala. Karena kalau ada bunga itu di dekat desa atau di pinggir hutan, berarti ada harimau atau setan, katanya. Kepercayaan itu juga yang membuat bunga ini akhirnya berkembang baik di sejumlah kawasan hutan di Bengkulu. Mitos hantu, setan, hingga harimau begitu kuat melekat di benak suku rejang.

Berbeda dengan penamaan di Suku Serawai. Suku asli bengkulu yang mendiami daerah selatan ini, juga memiliki penamaan unik untuk bunga raksasa ini. Disini mereka mengenalnya dengan sebutan, Begiang Simpai, atau bunga monyet. Penamaan ini, merujuk pada keanehan bunga ini yang tumbuh tanpa musim. Ketiadaan daun dan akar yang jelas dari bunga ini, membuatnya menjadi bunga mistis. Karena itu, sebagian warga menyimpulkan bahwa bunga ini selain milik penunggu hutan, juga bunga yang muncul karena sisa makanan monyet.

Thamrin salah seorang warga Desa Lubuk Resam Kabupaten Seluma ketika ditemui menyatakan bahwa warga Suku Serawai tidak akan mengusik bunga ini. Mereka percaya bunga ini, kalau tidak membawa keberuntungan pasti membawa kesialan, katanya.

***



Sir Thomas Stamford Raffles di angkat menjadi Gubernur Bengkulu pada tahun 1818. Dia tiba di Bengkulu pada bulan Maret 1818 didampingi oleh istrinya Lady Sophia Raffles dan seorang Kepala Adat Jawa Raden Rana Dipura. Dalam perjalanan dari Inggris ke Bengkulu, Lady Sophia Raffles melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Charlotte Sophia Tanjung Segara Raffles. Ketika Raffles tiba di Bengkulu dia menemukan Bengkulu yang luluh lantak akibat gempa bumi, oleh karena itu kota Bengkulu disebut dengan istilah “Tanah Mati”. Namun setelah itu, Raffles bersama-sama dengan rakyat Bengkulu membangun dan membangkitkan kembali Kota Bengkulu dari puing-puing Tanah Mati.

Sewaktu memangku jabatan Gubernur Jenderal, Sir Stamford Raffles mempunyai perhatian yang besar terhadap kehidupan masyarakat (adat istiadat dan sejarah) serta terhadap keindahan alam nusantara.

Gubernur Raffles bertugas di Bengkulu selama 6 tahun, yaitu dari tahun 1818 sampai tahun 1824. Pada waktu memulai tugasnya di Bengkulu tahun 1818, Raffles merencanakan suatu ekspedisi ke pedalaman Sumatera. Pada perjalanan yang penting itu Raffles ditemani oleh Dr. Joseph Arnold, seorang ahli tumbuh-tumbuhan yang didatangkan langsung dari Inggris dan sang istri Lady Sophia Raffles.

Pada saat masuk hutan belantara di daerah Bengkulu, tepatnya di desa Pulo Lebar, Lubuk Tapi sebuah tempat yang dicapai oleh ekspedisi pada jaman itu dalam waktu 2 hari perjalanan menelusuri Sungai Manna sekarang tempat ini berupa desa dengan nama yang sama dikecamatan Pino Raya, sekitar 30 km dari Kota Manna Bengkulu Selatan), penduduk setempat memperlihatkan kepada Raffles sebuah tanaman yang unik dan aneh.

Dr. Arnold sendiri hampir-hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, ini adalah bunga raksasa yang belum pernah dijumpainya dan ini penemuan paling penting sepanjang perjalanan ke Bengkulu, bertemu bunga raksasa, bunga terbesar dan paling indah di dunia dan sangat berbeda dari bunga lainnya. Suasana hati DR. Arnold dapat digambarkan dari petikan suratnya kepada seorang temannya : … here I rejoice to tell you what I consider as the greatest prodigy of the vegetable world… to tell you the truth, had I should, I think i have been fearful of mentioning the dimensions of this flower, so much does it exceed every flower I have ever seen or heard of ….now for the dimensions which are the most astonishing part of the flower. It measures a full yard across….(Mabberley 1985 dalam Beaman dkk 1988).

Bunga tersebut berbentuk mangkok dan luar biasa besarnya. Diameternya berkisar 110 cm. Batang dan daun-daun tidak kelihatan karena tanamannya dikira berupa cendawan dan berada di dalam akar dari tumbuhan yang ditumpanginya. Yang tampak dari luar adalah bunganya saja. Warnanya mencolok, merah bata dengan titik-titik merata. Ada lima helai daun bunga yang tebal seperti berdaging. Baunya ini menarik perhatian serangga-serangga yang bertugas menyerbuki bunga tersebut.

Contoh bunga yang ditemukan di Bengkulu kemudian diawetkan dan dikirim ke Inggris. Sementara itu Dr. Arnold meninggal karena sakit dan penelitian mengenai contoh tanaman ini diteruskan oleh ahli botani Inggris lainnya yang bernama Robert Brown. Pada tahun 1820, Robert Brown mengumumkan hasil penelitiannya yang merupakan suatu penemuan jenis tanaman baru. Guna menghormati kedua rekannya itu, tumbuhan ini diberi nama ilmiah yang diambil dari nama Gubernur Raffles dan Dr. Arnold sehingga terkenal dengan nama Rafflesia arnoldii. Bunga Rafflesia Arnoldi saat ini sudah menjadi simbol Provinsi Bengkulu, sehingga Provinsi Bengkulu dikenal dengan nama Bumi Rafflesia.


B. KEUNIKAN RAFFLESIA



Bunga Rafflesia merupakan salah satu tumbuhan dengan sifat unik dan sekaligus menyimpan misteri bagi ilmu tumbuh-tumbuhan. Rafflesia sangat unik karena jenis ini hanya berupa kuncup atau bunga mekar, tidak ada batang, daun, dan akar. Disamping kuncup atau bunga, Rafflesia hanya dilengkapi houstorium, jaringan yang mempunyai fungsi mirip akar yang mengisap sari makanan hasil fotosintesa dari tumbuhan inang. Rafflesia dimasukkan dalam kelompok holoporosit, tumbuhan yang tidak bisa melakukan proses fotosintesa sendiri, seperti layaknya tumbuhan berbunga lainnya, dan sangat tergantung kepada inang. Tumbuhan inang Rafflesia sangat spesifik yaitu pada marga tetrastigma. Walaupun begitu tidak semua jenis tetrastigma menjadi inang Rafflesia, dan hanya jenis-jenis tertentu dalam marga ini yang menjadi inang Rafflesia.

Tumbuhan induk atau yang kerap menjadi inang dari Rafflesia umumnya adalah tumbuhan berkayu merambat. Tercatat setidaknya ada sepuluh jenis pohon yang biasa dijadikan inang oleh Rafflesia, yakni Tetrastigma tuberculatum, Tetrastigma papillosum, Tetrastigma curtisii, Tetrastigma pedunculare, Tetrastigma quadrangulum, Tetrastigma scortechinii, Tetrastigma diepenhorstii, Tetrastigma loheri dan harmandii.

Siklus hidup rafflesia bisa mencapai 5 tahun dan terdiri dari 7 fase, meliputi proses penyerbukan, pembentukan buah dan biji, penyebaran biji, inokulasi biji ke inang, kemunculan kuncup bunga atau knop, kuncup yang matang dan bunga mekar. Kuncup rafflesia tumbuh di akar atau batang inang. Sehingga, bisa ditemui tumbuh di permukaan tanah atau menggantung di batang inang. Kuncup yang menggantung disebut juga aerial bud.

Masa mekar rafflesia berlangsung antara 3 – 8 hari. Saat musim kemarau, bunga akan mekar pada hari terjadi hujan. Sedangkan saat musim penghujan, bunga akan mekar pada hari tidak tejadi hujan. Saat mekar, bau daging busuk akan tercium dan mengundang banyak lalat. Lalatlah yang membantu penyerbukan bunga rafflesia. Setelah mekar, mahkota bunga membusuk. Namun bagian dasar bunga rafflesia betina akan membentuk buah. Sebagai agen penyebar benih adalah satwa, diantaranya tupai (Tupaia javanica), landak (Hystrix javanica), musang (Paradoxurus hermaphroditus) dan serangga.

Rafflesia sangat rentan mengalami kepunahan. Ini karena rafflesia yang bersifat holoparasit yang tergantung inangnya, sedangkan kehidupan inang juga sangat tergantung dengan tumbuhan lainnya yang menjadi inang strukturalnya. Dari aspek reproduksi, rafflesia memerlukan bunga jantan dan betina yang mekar agar terjadi penyerbukan, dan agen penyerbukannya. Padahal, sangat jarang ditemukan bunga jantan dan betina yang mekar saat bersamaan dalam satu lokasi. Ironisnya lagi, tidak semua bunga betina yang mengalami penyerbukan akan menghasilkan biji buah yang terletak didasar mahkota bunga. Hingga saat inipun, masih menjadi misteri bagaimana proses inokulasi dan perkembangan biji dalam tubuh inang.

Sejauh ini, perkembangbiakan bunga Rafflesia di Bengkulu mulai terasa mengkhawatirkan. Tangan-tangan jahil dan desakan pembukaan hutan menjadi ancaman serius dari keberadaan habitatnya.


C. JENIS RAFFLESIA YANG ADA DI BENGKULU

BENGKULU atau terkenal dengan sebutan BUMI RAFFLESIA merupakan rumah bagi bunga tunggal terbesar di dunia, Rafflesia arnoldii yang bisa mencapai diameternya 110 cm. Rafflesia arnoldii sudah terkenal di dunia sehingga banyak wisatawan lokal maupun asing yang tertarik untuk melihatnya.

Ada sekitar 25 jenis Rafflesia di dunia, di Indonesia sendiri ada sekitar 14 jenis, di Sumatera sekitar 10 jenis, sedangkan di Provinsi Bengkulu ada 4 jenis. Dari data Komunitas Peduli Puspa Langka selama tahun 2014 telah mekar sejumlah 53 kuntum bunga Rafflesia di Hutan Hujan Tropis Provinsi Bengkulu. Hutan hujan tropis merupakan habitat bagi bunga raksasa ini.

Berikut 4 (empat) jenis Bunga Rafflesia yang ada di Provinsi Bengkulu :

1. Rafflesia arnoldii, bunga ini sangat populer, sangat banyak ditemukan di hutan Bengkulu, paling sering mekar di hutan Taba Penanjung Kab. Bengkulu Tengah, Hutan Lindung Bukit Daun Kepahiang, Hutan Padang Capo Kab. Seluma, Hutan Padang Guci Kab. Kaur, Hutan Kemumu Kab. Bengkulu Utara. Jenis ini sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Bunga ini ditemukan oleh Sir Stamford Raffles dan Dr Joseph Arnold pada tahun 1818 di Desa Pulo Lebar, Kecamatan Pino Raya, Kabupaten Bengkulu Selatan. Rafflesia Arnoldi merupakan jenis terbesar di dunia dengan diameter 70-110 cm. Jenis ini juga dijuluki sebagai patma raksasa dan mendapat predikat sebagai puspa langka nasional melalui Keppres nomor 4 tahun 1993.

Rafflesia arnoldii foto by Sofian Rafflesia

2. Rafflesia Gadutensis Meijer. Jenis ini dapat ditemukan di sisi barat pegunungan Bukit Barisan tepatnya di Kabupaten Mukomuko, dan Bengkulu Utara, memiliki diameter 40-60 cm. Gadutensis berasal dari kata ulu gadut yaitu satu nama bukit di perbatasan Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu. Jenis ini dideskripsikan oleh Meijer 1984. Habitat Bunga ini masih terdapat di Dusun Lama, Desa Talang Baru, Kecamatan Malin Deman, Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu.

Rafflesia gadutensis foto by Dani Umbara

3. Rafflesia Hasselti Suringar, merupakan jenis rafflesia yang paling cantik. Jenis ini digambarkan oleh Suringar 1897. Rafflesia ini memiliki pola bercak dan warna di helai bunga, oleh penduduk lokal jenis ini sering dinamakan cendawan merah-putih, atau cendawan harimau (Zuhud dkk, 1998). Jenis ini memiliki diameter 35-70 cm. Jenis ini dapat dijumpai yaitu di perbatasan antara Ketenong II, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu.

Rafflesia haseltii foto by Dr. Agus Susatya

4. Rafflesia Bengkulunensis (Agus Susatya, Arianto dan Mat-salleh 2005). Jenis ini membawa nama Bengkulu untuk menghormati Bengkulu sebagai lokasi pertama kali jenis ini dideskripsikan. Ini merupakan jenis baru dari Indonesia dengan diameter 50-55 cm. Mempunyai sebaran geografis terbatas di lembah Talang Tais atau wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Tais, Kabupaten Seluma, terletak di sebelah barat laut Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan hutan Padang Guci Kab. Kaur Provinsi Bengkulu.

Rafflesia bengkuluensis foto by Nopri Anto

Sumber tulisan :
  1. Buku Rafflesia, Pesona Bunga Terbesar di Dunia (Agus Susatya, 2011).
  2. Memoir Of The Live and Public Services Of Sir Thomas Stamford Raffles (Hal. 316)
  3. Bencoolen: A History of the Honourable East India Company’s Garrison on the West Coast of Sumatra (1685 – 1825), Alan Harfield (1995).
  4. Rafflesia Mekar: Dari Mitos Cawan Hantu Hingga Fakta Keterancamannya (Dedek Hendry, 2015).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BENGKULU, KOTA PUSAKA DI BIBIR SAMUDERA

Halooo sobat, tau kah kamu bahwa Bengkulu adalah salah satu kota pusaka yang ada di Indonesia ??? Apa saja sih warisan sejarah dan budaya Bengkulu, yuk simak catatan kecil ini,    1...2...3...cuss !!! Dahulu bengkulu memiliki Kerajaan-kerajaan kecil  (kerajaan sungai serut, kerajaan sungai lemau dll) yang dipengaruhi kerajaan-kerajaan besar seperti kerajaan  Makasar dan Kerajaan Banten (Jawa Barat) dan pada waktu itu mulai masuk pengaruh-pengaruh dari barat antara lain Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda. Pada waktu itu Bengkulu dipimpin oleh Raja-Raja kecil. Sekitar abad ke-17, Bengkulu berada ditengah-tengah persaingan berbagai kerajaan besar yaitu Kerajaan Aceh, Kerajaan Malaka, Kerajaan Makasar dan Kerajaan Banten. Waktu itu Bengkulu dibawah proteksi Kerajaan Banten sehingga dalam sistem pemerintahan di Bengkulu ada perwakilan Raja Banten yang di kenal dengan sebutan Jenang Banten. Jenang Banten berperan sebagai  penengah antara Pribumi Bengkulu dan Inggris. Jenang

Yuk Nonton Film Onthel Kakek Suryo di sini !

"KADANGKALA HIDUP ITU PERLU PENGORBANAN SESUATU YANG SANGAT BERHARGA" (Kakek Suryo) Siapa yang tak kenal sepeda onthel? Sepeda jaman dulu ini masih digemari hingga sekarang karena keklasikannya. Di samping itu, onthel turut mewarnai sejarah perjuangan bangsa ini. Onthel menjadi kenangan sejarah bagi sebagian orang. Kini, Keberadaan onthel sudah menjadi barang langka. Akibat kelangkaan ini, sepeda onthel menjadi barang antik dan klasik. Para pecinta onthel rela mengelurkan koceknya untuk berburu sepeda atau aksesorisnya. Karena kelangkaannya, sepeda onthel dan aksesorisnya pun menjadi barang mewah dan mahal. Pehobi onthel tidak melihat fungsi sepeda sebagai alat transportasi saja, tetapi onthel juga bisa menjadi barang mewah atau kesayangan. Nilai sepeda onthel bukan terletak pada seberapa mahal sebuah sepeda dan aksesorisnya, melainkan ada pada nilai sejarah dan kenangannya. Onthel bisa menjadi pengingat kepada penggunanya akan sejarah panjang perjuangan bangsa in

5 (LIMA) JENIS BUNGA RAFFLESIA YANG ADA DI PROVINSI BENGKULU

1. Rafflesia arnoldii Fotografer : Sofian Rafflesia Lokasi : Hutan Padang Capo Kabupaten Seluma Rafflesia arnoldi, bunga ini sangat populer, sangat banyak ditemukan di hutan Bengkulu, paling sering mekar di kawasan hutan Taba Penanjung Kab. Bengkulu Tengah, Hutan Lindung Bukit Daun Kepahiang, Hutan Padang Capo Kab. Seluma, Hutan Padang Guci Kab. Kaur, dan di kawasan hutan Kab. Bengkulu Utara. Jenis ini sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Bunga ini ditemukan oleh Sir Stamford Raffles dan Dr Joseph Arnold pada tahun 1818 di Lubuk Tapi, Desa Pulo Lebar, Kecamatan Pino Raya, Kabupaten Bengkulu Selatan. Rafflesia arnoldi merupakan jenis terbesar di dunia dengan diameter 70-110 cm. Jenis ini juga dijuluki sebagai patma raksasa dan mendapat predikat sebagai puspa langka nasional melalui Keppres nomor 4 tahun 1993. 2. Rafflesia gadutensis Fotografer : Dani Umbara Lokasi : Hutan Lindung Boven Lais Kemumu Kabupaten Bengkulu Utara Rafflesia gadutensis Meijer. Jenis ini dapa