Halooo sobat, tau kah kamu bahwa Bengkulu adalah salah satu kota pusaka yang ada di Indonesia ??? Apa saja sih warisan sejarah dan budaya Bengkulu, yuk simak catatan kecil ini, 1...2...3...cuss !!!
Dahulu bengkulu
memiliki Kerajaan-kerajaan kecil (kerajaan sungai serut, kerajaan sungai lemau
dll) yang dipengaruhi kerajaan-kerajaan besar seperti kerajaan Makasar dan Kerajaan Banten (Jawa Barat) dan
pada waktu itu mulai masuk pengaruh-pengaruh dari barat antara lain Portugis,
Spanyol, Inggris dan Belanda. Pada waktu itu Bengkulu dipimpin oleh Raja-Raja
kecil.
Sekitar abad
ke-17, Bengkulu berada ditengah-tengah persaingan berbagai kerajaan besar yaitu
Kerajaan Aceh, Kerajaan Malaka, Kerajaan Makasar dan Kerajaan Banten. Waktu itu
Bengkulu dibawah proteksi Kerajaan Banten sehingga dalam sistem pemerintahan di
Bengkulu ada perwakilan Raja Banten yang di kenal dengan sebutan Jenang Banten.
Jenang Banten berperan sebagai penengah
antara Pribumi Bengkulu dan Inggris. Jenang Banten yang tinggal di Bengkulu dan
cukup di kenal yaitu bernama Pangeran Natadirja.
Masyarakat
pribumi bengkulu kala itu sudah menjalin hubungan baik dengan masyarakat Bugis. Orang Bugis adalah pelayar, mereka
sering singgah dan menjadi tamu di Bengkulu sehingga akhirnya bermukim bersama
masyarakat pribumi Bengkulu. Banyak sekali daerah di Bengkulu ini yang berasal
dari Bahasa Bugis, di antaranya : Manna berasal dari bahasa Bugis yang berarti
Cerano/tempat sirih. Talo adalah nama sebuah kerajaan di bugis.
Hubungan
yang terjalin antara rakyat propinsi Bengkulu dengan Inggris sudah
berjalan sejak lama, yakni sejak abad ke-17. Pada tahun 1682, Belanda (VOC)
mampu mengungguli The Honourable East India Company (EIC),
khususnya setelah tercapai kesepakatan antara VOC dengan kerajaan Banten mengenai
monopoli perdagangan rempah-rempah.
Hal ini memaksa EIC keluar dari Jawa dan harus mencari tempat
pangkalan baru yang secara politik dan militer dapat
menguntungkan mereka dalam perdagangan rempah-rempah.
Pada
awalnya mereka berkeinginan untuk mendirikan perusahaan dagang di Aceh, namun keinginan ini ditolak
oleh Ratu Aceh, Sultana Zaqiyat-ud-udin Inayat Shah. Penolakan ini membuat EIC
berpaling ke wilayah lain yang bersedia untuk menerima mereka, yakni Pariaman dan Barus di Sumatera Barat. Keinginan kedua wilayah ini untuk menerima EIC didorong oleh ketakutan terhadap
kekuatan Belanda yang sangat agresif. Namun pada akhirnya pilihan EIC jatuh
kepada Bengkulu, ada dua versi catatan sejarah yang menyebabkan terjadinya
perubahan pilihan ini, yakni :
Menurut
buku Bencoolen: A History of the Honourable East India Company’s
Garrison on the West Coast of Sumatra (1685 – 1825), yang ditulis oleh Alan
Harfield (1995), perubahan ini disebabkan adanya surat permintaan dari para
penguasa di Bengkulu yang mereka terima dua hari menjelang keberangkatan utusan
EIC (Ord dan Cawley) dari Madras menuju Pariaman.
Menurut
buku Bengkulu dalam Sejarah, yang ditulis oleh Firdaus Burhan
(1988), perubahan ini disebabkan oleh kesalahan navigasi dalam pelayaran dari
Madras menuju Pariaman dan adanya permintaan dari para penguasa Bengkulu
setelah utusan EIC tersebut mendarat di Bengkulu.
Terlepas
dari adanya perbedaan di atas, sejarah mencatat bahwa Inggris (EIC) pada akhirnya
bercokol di Bengkulu dan rakyat Bengkulu menerima kehadiran
mereka. Setibanya mereka di Bengkulu pada tahun 1685, pihak Inggris disambut
oleh petinggi Bengkulu pada masa itu, yakni Orang Kaya Lela dan Patih Setia
Raja Muda. Dalam beberapa pertemuan selanjutnya pihak Inggris memperoleh izin
untuk mendirikan faktori di Bengkulu dan menjalin hubungan dagang dengan para
penguasa Bengkulu. Pangkalan pertama yang didirikan oleh Inggris di Bengkulu
adalah Fort York. Sejak saat itu Inggris menamakan faktori dagang mereka di
Bengkulu sebagai Garnizun EIC di Pantai Barat pulau Sumatera (The
Honourable East India Company’s Garrison on the West Coast of Sumatra).
Nah, ini dia warisan sejarah yang ada di Provinsi Bengkulu dan diantaranya dikelola oleh BPCB Jambi :
1. Benteng Marlborough
Pada tahun 1714 kondisi Fort York menjadi
kritis. Bangunan benteng dan barak-barak telah semakin rapuh, dan air hujan
secara terus-menerus membasahi ruangan-ruangan tempat tinggal para penghuni.
Selain itu, kondisi bahan makanan yang dikonsumsi oleh tentara Inggris
sangat buruk sehingga disiplin para prajurit dan
pegawai benteng menjadi turun. Berbagai macam penyakit,
umumnya disentri dan malaria,
telah menyebabkan sebagian besar prajurit garnizun tidak dapat melaksanakan
tugas mereka. Joseph Collet yang menjadi pimpinan Garnizun di Bengkulu pada
tahun 1712 menarik kesimpulan bahwa Fort York membutuhkan
perbaikan-perbaikan besar dan lokasi benteng itu sebenarnya tidak tepat. Oleh
sebab itu pada tanggal 27 Februari 1712, Joseph Collet menulis surat kepada Dewan
Direksi EIC yang mengusulkan agar membangun benteng baru
di tempat yang disebut Carrang. Lokasi Carrang yang diusulkan oleh
Joseph Collet terletak sekitar dua mil dari Fort York (orang
Bengkulu menyebutnya Ujung Karang). Usul Joseph Collet untuk membangun benteng
baru disetujui oleh Dewan Direktur EIC dan pembangunan benteng baru tersebut
dimulai pada tahun 1714.
Benteng baru yang dibangun di Carrang diberi
nama Marlborough. Nama ini dipilih oleh Joseph Collet untuk menghormati John
Churchill, seorang komandan ternama Inggris yang pernah memenangkan pertempuran
di Blenheim pada tahun 1704, Rammilies pada tahun 1706, Oudenarde pada tahun 1708, dan Malplaquet pada tahun 1709. Atas
jasa-jasanya ini John Churchill kemudian diberi gelar Duke
of Marlborough. Benteng baru yang dibangun oleh Joseph Collet ini kemudian
dikenal dengan nama Fort Marlborough. Pembangunan Fort Marlborough selesai
seluruhnya pada tahun 1741.
Benteng Marlborough dibangun untuk menghadapi ancaman-ancaman baik dari
Banten, Belanda maupun dari pribumi sendiri sekaligus sebagai pusat
perdagangan. Benteng Marlborough dibuat dengan arsitektur yang sangat kokoh dan
dengan ukuran terbesar dan benteng terkuat Inggris ke-2 di Asia setelah Benteng
St. George Madras India.
Benteng ini pernah dibakar oleh Rakyat Bengkulu ketika hampir selesai di
bangun yang dipimpin oleh Pangeran jenggalu, sehingga penghuninya orang-orang
inggris terpaksa mengungsi ke Madras india. Penyerangan ini terjadi karena
Rakyat Bengkulu merasa dirugikan oleh pihak Inggris. Setelah keadaan aman,
pemerintah Inggris yang diwakili oleh Gubernur Joseph Walsh datang kembali ke
Bengkulu dan membuat perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 April 1724
dengan pihak Kerajaan Sungai Lemau. Tahun 1793, serangan kembali dilancarkan.
Pada insiden ini seorang opsir inggris, Robert hamilton, tewas.
Keberadaan Benteng Marlborough di Bengkulu kala itu tidak membuat
hubungan Inggris dan masyarakat Pribumi terpisah, tetapi diatur oleh
batas-batas hukum. Untuk warga Inggris sendiri mereka menggunakan hukum inggris
sedangkan untuk pribumi bengkulu menggunakan hukum adat bengkulu yang tidak pernah berubah sejak zaman
dahulu.
Kehadiran Inggris di Bengkulu berlangsung selama 140 tahun, yaitu dari
tahun 1685 sampai dengan bulan Maret 1825, ketika seluruh kekuatan Inggris
meninggalkan Bengkulu. Berakhirnya kehadiran Inggris di Bengkulu adalah
disebabkan adanya perjanjian antara Raja Inggris dan Raja Belanda, yang
ditanda-tangani pada tanggal 17 Maret 1824. Perjanjian ini oleh pihak Inggris
disebut The Anglo-Dutch Treaty of 1824, sedangkan pihak Belanda
menyebutnya sebagai Traktat London.
Perjanjian ini mengatur pertukaran kekuasaan Inggris di Bengkulu dengan
kekuasaan Belanda di Melaka dan Singapura (Singapura
pada masa itu merupakan bagian dari kerajaan Melaka).
Pada tahun 1825-1942, Belanda menduduki Bengkulu dan membuat sebuah
kantor perdagangan rempah-rempah yang bernama VOC (East India Company) pada
tahun 1883. Pada tahun 1938, Soekarno Presiden Pertama RI ditahan sementara di
Benteng Marlborough untuk diinterogasi.
Di Benteng ini terdapat Ruang bawah tanah yang dahulunya digunakan untuk
menyimpan bahan makanan. Benteng ini menjadi pusaka yang sangat berharga bagi
Bengkulu dimana sekarang mampu menarik wisatawan dari Eropa maupun mancanegara
lainnya.
2. Rumah Kediaman Gubernur Jenderal Inggris
(Raffles Mansion, sekarang menjadi Rumah Gubernur Bengkulu)
Ada kesepakatan antara pribumi Bengkulu dan Inggris, bahwa Inggris tidak
boleh mengotak-atik hukum adat Bengkulu yang ketika itu dikenal dengan “simbur
cayo”. Simbur cayo menjadi salah satu penyebab terbunuhnya Thomas Parr karena
ia mencoba mengubah hukum adat tersebut sehingga menimbulkan kemarahan yang
sangat besar dari pemimpin pribumi Bengkulu yang berakibat pemberontakan
besar-besaran.
Pemberontakan besar-besaran merupakan kerjasama pemimpin pribumi Bengkulu
dengan masyarakat pendatang yaitu warga Bugis dan juga Banten. Penyerangan
dilakukan di rumah kediaman gubernur jenderal Inggris pada malam hari.
Thomas Parr merupakan gubernur jenderal inggris di Bengkulu yang memiliki
sikap kasar, sehingga sangat dibenci oleh masyarakat bengkulu dan juga orang
inggris itu sendiri. Thomas Parr di serang di rumahnya dan akhirnya terbunuh
bersama asisten pribadinya Kapten Charles Murray pada tahun 1807. Anak-anak dan
perempuan Inggris yang ada di kediaman tersebut diamankan dan tidak di bunuh
tetapi di suruh masuk ke bawah tempat tidur.
Pada waktu Thomas Stamford Raffles datang tahun 1818 menjabat sebagai
gubernur jenderal inggris yang baru,
rumah kediaman gubernur jenderal inggris belum dapat di tempati karena sedang
di rehabilitasi akibat gempa bumi yang melanda Bengkulu. Sehingga waktu itu
Raffles sempat menyebut Bengkulu sebagai kota mati karena hampir seluruh
bangunan yang ada di Bengkulu roboh.
3.
Monumen
Hamilton
Monumen hamilton di bangun untuk
mengenang seorang opsir inggris, Robert hamilton yang tewas pada insiden penyerangan pihak
Kerajaan Sungai Lemau ke Benteng Fort Marlborough pada tahun 1793.
4.
Monumen
Parr
Di Bengkulu pada tahun 1808 dibangun sebuah monumen atau tugu peringatan
bagi bangsa Inggris. Monumen ini disebut oleh
orang-orang Bengkulu dengan istilah Kuburan Bulek (kuburan Bulat). Nama
sebenarnya dari Kuburan Bulek ini adalah monumen Parr (Parr Monument).
Monumen ini dibuat oleh Inggris untuk mengenang pengalaman pahit bangsa Inggris
karena di tempat itu dikuburnya Thomas Parr bersama seorang asistennya yang terbunuh dalam satu insiden dengan
rakyat Bengkulu pada malam tanggal 27 Desember 1807. Pembunuhan terhadap Thomas
Parr ini disebabkan oleh akumulasi rasa tidak puas rakyat Bengkulu terhadap
kebijaksanaan yang ditempuh oleh penguasa Inggris. Kebijaksanaan Parr yang
menimbulkan ketidakpuasan di kalangan pribumi, antara lain pemberlakuan tanam paksa kopi dan pengubahan yang besar dalam peradilan pribumi tanpa
persetujuan dan tanpa meminta nasihat dari para Kepala Adat Rakyat Bengkulu.
5.
Kampung
Kepiri, Kampung Keling dan Kampung Cina
Pada masa Inggris di Bengkulu, ada
beberapa kelompok masyarakat yang datang ke Bengkulu yang dibawa oleh inggris
yaitu masyarakat keturunan India, Cina dan juga Afrika. Keturunan India
langsung datang dari Madras sedangkan Cina dari
dari Malaka dan Singapura. Kelompok masyarakat tersebut bermungkim di
sekitar Benteng Marlborough.
a. Kampung Kepiri
Masyarakat keturunan India yang non
muslim ditempatkan di dekat kawasan benteng Marlborough yang dikenal dengan
kampung Kepiri, kepiri sendiri berasal dari kata Kepir/kafir karena mereka suka
minum tuak dan makan daging Babi . Kelompok masyarakat keturunan India ini
merupakan pekerja kasar/budak yang dibawa Inggris dari Madras India untuk
membangun Benteng.
b. Kampung Keling
Kampung Keling disiapkan untuk Orang India yang muslim dan juga Orang
Afrika, mereka juga merupakan pekerja untuk membangun benteng.
c. Kampung Cina
c. Kampung Cina
Orang Cina sebagai pendatang mereka juga adalah pedagang, mereka butuh
perlindungan dari Inggris sehingga oleh inggris kawasan mereka diatur menjadi 2
yaitu sebelah kiri etnis china dengan atap-atap klentengnya dan sebelah kanan
etnis Eropa dengan bangunan berlonteng diatasnya.
Inggris sengaja membuat kampung-kampung untuk mereka supaya mereka
masing-masing punya kawasan sendiri yang dapat menghidupkan ekonomi disekitaran
benteng Marlborough dan juga untuk keamanan mereka agar tidak terjadi konflik di antara mereka.
Masyarakat pribumi asli bengkulu, Bugis maupun Banten tidak ada yang
menjadi pekerja kasar dalam pembangunan benteng Marlborough.
Bangsa Inggris bisa dibilang sebagai penjajah paling lunak di seluruh
dunia. Proses mereka bergaul dengan masyarakat pribumi itu sangat bagus. Mereka
meniru beberapa kebiasaan masyarakat pribumi yang menurut mereka bagus dan
masyarakat pribumi pun juga bisa belajar dari mereka.
6. Makam
Inggris
Selama 140 tahun berada di Bengkulu, orang-orang Inggris banyak
yang meninggal dunia.
Kematian orang-orang Inggris tersebut kebanyakan disebabkan oleh serangan
penyakit malaria dan disentri, dan tewas dalam konflik-konflik dengan rakyat
Bengkulu. Orang-orang Inggris yang meninggal di Bengkulu pada masa itu tercatat
sebanyak 709 orang. Apabila diambil angka rata-rata maka selama 140 tahun 5
orang Inggris yang meninggal setiap tahunnya. Sebagian dari orang-orang Inggris
tersebut dimakamkan di pemakaman Inggris di Jitra, Bengkulu. Salah satu anak dari Gubernur Jenderal inggris Rafflesia juga
dimakamkan disini. Ketika di Zaman pendudukan Belanda, makan ini juga di
gunakan untuk makam mereka.
7. Makam
Sentot Ali Basa
Setelah inggris, 1830-an Terjadi Perang Paderi di Minangkabau Sumatera barat, di mana Kaum Paderi berjuang melawan Belanda. Dalam waktu yang bersamaan juga di jawa terjadi perang di Ponegoro.
Panglima di Ponegoro Sentot Ali Basa berhasil ditangkap oleh belanda dan kemudian diangkat menjadi Perwira Belanda kemudian di kirim ke Sumatera Barat untuk membantu Belanda memerangi Paderi.
Sampai di Sumatera Barat, Sentot Ali Basa akhirnya berbalik membantu kaum Paderi melawan belanda. Perang paderi pun akhirnya dimenangkan oleh belanda. Para pemimpin Paderi baik yang orang padang/minang maupun yang dari Jawa termasuk Sentot Ali Basa di buang ke Bengkulu. Mereka kaum Paderi menapakkan kaki pertama kali di pelabuhan dekat Benteng Marlborough yang akhirnya dikenal dengan nama Tapak Paderi. Tugu Monumen Tapak Paderi merupakan tempat pertama kali kaum paderi menapakkan kakinya di Bengkulu.
Belanda menyiapakan kawasan pemukiman untuk kaum paderi yang terbuang di Bengkulu yang dikenal dengan Tengah Padang. Belanda pun membagi 2 kawasan tersebut, pertama untuk orang padang asli dan kedua utk pengikut sentot ali basa (jawa) yang dikenal dengan sebutan raden (sentot).
Sentot Ali Basa pun wafat di Bengkulu
dan dimakamkan dikawasan Tengah Padang Bengkulu.
8. Rumah Bung karno
Pada zaman penjajahan Belanda,
Presiden pertama RI, Ir. Soekarno di asingkan ke Bengkulu. Belanda pun
menyiapakan rumah untuk tempat tinggal Bung Karno selama pengasingannya di
Bengkulu, rumah ini sebelumnya merupakan milik warga tionghoa (Cina).
9. Masjid Jamik
Selama masa pengasingannya di Bengkulu, Bunga Karno sempat merancang
masjid di Bengkulu yang terkenal dengan nama masjid Jamik.
Nah sobat, sudahkah kalian mengunjungi tempat-tempat bersejarah tersebut ? ayo berkunjung sembari belajar sejarah di Bengkulu :), semoga artikel ini bermanfaat dan ikut membantu Media Center Bengkulu dalam mempromosikan Bengkulu kita tercinta, Salam dari saya Sofian Rafflesia.
Sumber tulisan :
Sumber tulisan :
- Wawancara Bapak Musiardanis (Tokoh Masyarakat/Pemerhati Sejarah Bengkulu)
- BPCB Jambi
- Wikipedia
- Bencoolen: A History of the Honourable East India Company’s Garrison on the West Coast of Sumatra (1685 – 1825), Alan Harfield (1995)
- Bengkulu dalam Sejarah : Firdaus Burhan (1988)
Mantab 👍👍👍
BalasHapusterima kasih :)
Hapuswah lengkap dan super komplit bang, luar biasa detil datanya hehe...camkohaa
BalasHapusTerima kasih banyak sudah mampir 😉
Hapusangel foto rumah bung karno bagus. mantapp.
BalasHapusterima kasih mas anton
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBagus & Bagus Sekali. Sofian Oke Banget.
BalasHapusMantap
BalasHapus